romantis

Sweet in Passion – Chapter 10

fh1-copySweet in Passion

Banyak typo!!

Chapter 10

 

“Apa yang terjadi?”  pertanyaan Brian menyadarkan Febby dari lamunannya. Ia kini masih berada di dalam mobil Brian. Lelaki itu bahkan selalu mengemudikan mobilnya tanpa bertanya pada Febby arah tujuan mereka. Brian seakan tahu jika Febby kini sedang menahan emosinya.

“Tidak apa-apa.” Hanya itu jawaban Febby.

“Hubungan kalian tidak berjalan baik?”

“Ya, sepertinya begitu.”

“Kupikir kalian saling mencintai.”

“Lupakan sajaa, aku muak mengingat bajingan sialan itu.”

“Dia menyakitimu?”

Pertanyaan Brian membuat Febby tercenung. Apa Randy menyakitinya? Harusnya tida, tapi entah kenapa ia merasakan sakit? Dadanya terasa sesak ketika membayangkan suaminya itu bercinta dengan wanita lain.

“Tidak.” Febby menjawab singkat.

“Oke, jadi, kita kemana?”

“Aku hanya ingin berkeliling kota.”

“Baiklah, kita akan keliling Jakarta.” Jawab Brian dengan semangat.

“Bian.” Panggil Febby.

“Ya?”

“Terimakasih.” Hanya itu yang dapat di katakan Febby, sedangkan Brian hanya menjawabnya dengan anggukan dan senyuman tulusnya.

***

Randy sedang berjalan mondar-mandir di dalam ruang tamunya. Ia masih menunggu kedatangan Febby yang sejak sore tadi keluar dengan Brian. Sial! kenapa mereka bisa keluar bersama? rutuknya dalam hati. Sedangkan Marsela sendiri sudah pulang sejak sore tadi karena merasa tak nyaman dengan Randy yang tiba-tiba menjadi uring-uringan semenjak di tinggal Febby pergi.

Tiba-tiba pintu depan di buka, Randy tahu jika itu Febby yang datang. Ia lalu berjalan menuju pintu depan dan membukanya.

“Kamu dari mana saja? Apa kamu tahu ini sudah jam Sebelas malam?” Omel Randy pada Febby, tapi Febby seakan tak menghiraukan keberadaan Randy. “Febby! aku sedang berbicara denganmu!”

“Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu, jadi pergilah dari hadapanku.” Jawab Febby datar.

“Apa? Hei, aku tidak akan berhenti sebelum kamu menjelaskan semuanya.”

“Apa yang perlu ku jelaskan?”

“Hubunganmu dan laki-laki sialan itu.”

“Itu bukan urusanmu!”

“Itu urusanku, Febby, kamu istriku.” dengan spontan Randy mengucapkan kalimat itu.

“Apa? Istri? Apa kamu sudah gila? Apa kamu sudah kehabisan obat? Kamu hanya Bank Sperma untukku!” Seru Febby..

“Apa?” Randy terlihat tak percaya dengan apa yang di katakan Febby.

“Sekarang pergilah, aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu.” kata Febby sambil menutup pintu kamarnya dengan keras. Sedangkan Randy masih ternganga saat melihat kepegian Febby.

***

Paginya…

“Kita harus berbicara..” Kata Randy pagi itu saat Febby baru saja keluar dari kamarnya. Ternyata sudah sejak pagi Randy menunggu Febby keluar dari kamarnya.

“Aku terlambat.” Jawab Febby datar.

“Kalaupun kamu terlambat, tidak akan ada yang memecatmu!” Teriak teriak Randy, ia sangat kesal karena sikap Febby yang belum juga membaik sejak tadi malam.

“Pekerjaanku adalah pekerjaan yang serius dan menyangkut nyawa, aku tidak bisa main-main dengan pekerjaanku. Tidak seperti pekerjaanmu yang hanya menjual skandal murahan.” jawab Febby dengan sedikit menyindir.

“Kamu jangan memulainya lagi.” desis Randy.

“Aku tidak memulainya, itu memang benar.”

Randy lalu terdiam dengan kata-kata Febby. Febby memang benar, pekerjaannya memang penuh dengan skandal murahan, tidak seperti pekerjaan Febby.

“Aku hanya ingin bicara baik-baik denganmu, kita harus membuat peraturan dalam rumah tangga kita.” ucap Randy dengan nada melembut.

“Tidak ada yang perlu di atur. Aku sudah memutuskan sesuatu.”

“Memutuskan apa?” tanya Randy dengan antusias.

“Kita tidak akan melakukan seks sialan itu lagi.”Febby menjawab dengan datar.

“Apa? apa maksudmu? bagaimana kamu bisa hamil jika tidak melakukan seks?”

“Kau benar-benar bodoh! Aku akan melakukan Inseminasi dan aku akan hamil tanpa berhubungan intim denganmu.”

“Apa kamu yakin? Aku tidak akan pernah mendonorkan spermaku.” Desis Randy tajam.

“Aku akan mencari pendonor lain. Brian mungkin mau membantuku.” Kata Febby cuek sambil membuka pintu.

Randy merasa amarahnya sudah sampai keubun-ubun apa lagi ketika mendengar nama Brian disebut-sebut. Membayangkan Febby mengandung bayi dari Brian membuat Randy semakin tersulut emosinya. Sontak Randy menutup kembali pintu yang di buka Febby dengan sebelah tangannya.

“Aku tidak akan membiarkanmu mencari pendonor lain.” kata Randy dingin. Lalu diterjangnya tubuh Febby dan dihimpitnya tubuh tersebut diantara dinding dan tubuhnya.

“Kamu, kamu mau apa?”

“Mau apa lagi? aku akan menunjukkan kepadamu bagaimana membuat bayi yang benar  tanpa cara inseminasi sialan itu.” dan Randypun langsung mendaratkan bibirnya pada bibi Febby,  menghisapnya, melumatnya, menggodanya, hingga Febby tak dapat lagi menahan gairahnya.

Dikalungkannya lengannya ke leher Randy dibalasnya semua cumbuan Randy. Febby bahkan tak sadar jika ia mulai membuka kancing kemeja Randy satu persatu. Dia benar-benar sudah dikuasai oleh gairah, sedetik yang lalu dia menjadi wanita yang dingin datar dan ingin meledak-ledak tapi sedetik  kemudian ketika Randy menciumnya, ia berubah seratus delapan puluh derajat menjadi wanita yang sangat menggoda bagi Randy. Oh sial! Bagaimana mungkin Randy dapat mempengaruhinya seperti ini?

Randy sendriri tak mau kalah, dia juga sudah membuka seluruh kancing kemeja Febby  hingga Febby terlihat hanya mengenakan Bra warna kuning pastel yang membuat gairah Randy semakin meningkat saat melihatnya.

“Sialan!!!” Randy sedikit mengumpat karena sudah tak kuasa menahan gairahnya. Dia mengangkat tubuh Febby dan membaringkannya di sofa ruang tau tanpa sedikitpun melepaskan cumbuannya.

Febby yang sudah di mabuk oleh gairahnya hanya menuruti apa yang dilakukan oleh Randy. Desahan demi desahan merekapun menggema di ruang tamu pagi itu.

“Kau akan melakukannya disini?” tanya Febby masih dengan menutup matanya.

“Tentu saja.”  Randy  hanya bisa menjawab itu karena bibirnya masih sibuk mengulum puncak payudara Febby.

“Kamu, kamu, benar-benar gila.” kata Febby di sela-sela desahannya.

“Kamu yang membuatku tergila-gila.” Jawab Randy yang tanpa di duga oleh Febby langsung menenggelamkan dirinya di dalam diri Febby,  membuat Febby sedikit terpekik karena terkejut.

Febby pun mendesah, mengerang, membuat Randy tidak bisa menahan diri untuk melumat habis bibir Febby kembali. Mereka bercinta di sofa ruang tamu masih dalam keadaan berpakaian lengkap. Randy hanya membuka kancing dan resleting celananya, sedangkan rok pendek Febby hanya dinaikkan Randy keatas hingga perut.

“Sial! Kamu sangat seksi.” Racau Randy disela-sela kenikmatan yang didapatnya. Sedangkan Febby hanya mendesah, mendesah, dan mendesah.

Kali ini cukup lama mereka berkutat dengan percintaan panas mereka pagi itu, saling mencumbu, saling mendesah membuat gairah keduanya semakin meningkat hingga puncak kenikmatan itupun mereka capai bersama-sama.

Randy tersungkur di atas tubuh Febby, di cumbuinya kembali leher Febby dengan lembut.

“Aku tidak pernah segila ini ketika bercinta dengan wanita.” Kata Randy di tengah-tengah cumbuannya.

“Omong kosong!” jawab Febby cuek.

“Hei, bisakah kamu bersikap sedikit romantis?”

“Kita tidak perlu romantis-romantisan, kau tahu itu, lagi pula aku masih marah denganmu.” gerutu Febby.

“Baiklah, maafkan aku, Uum, sejujurnya aku lupa kemaren jika aku memiliki janji denganmu.” Kata Randy sambil tersenyum menyeringai.

Febby sedikit menyentil kening Randy.“Bodoh!”

“Kamu memaafkan aku, kan? iya kan? iya kan?” goda Randy.

“Hei, apa yang kamu lakukan? Cepat tarik dirimu, aku sudah terlambat kerumah sakit.”

“Aku tidak akan menarik diri sebelum kamu memaafkanku.” Ancam Randy.

“Jadi kamu ingin kita seharian dalam posisi seperti ini? kamu benar-benar menyebalkankan.”

“Aku nggak peduli.” Randy masih tak mau mengalah.

“Baiklah, baiklah, aku memaafkanmu.  Sekarang cepat bangun, punggungku sudah pegal.”

“Baiklah istriku..” Kata Randy lalu tanpa di sangka, Randy mengecup lembut bibir Febby dengan singkat. Febby sedikit terkejut dengan tingkah laku Randy.

Merekapun akhirnya membersihkan diri bersama. Randy menawarkan diri untuk mengantar Febby  ke rumah sakit. Tentu saja Febby menerimanya mengingat hari sudah siang.

***

“Lain kali jika kamu ingin bercinta dengan wanita itu, bawa dia ketempat lain, jangan di rumah kita.” entah kenapa Febby berani mengungkapkan isi hatinya dengan gamblang kepada Randy saat masih di dalam mobil.

“Kenapa?” tanya Randy masih dengan memandang lurus ke arah jalan.

“Aku tidak suka saja.”

“Apa kamu cemburu?” tanya Randy kemudian.

“Aku tidak cemburu! Aku tidak peduli apa yang kamu lakukan dengan wanita itu, aku hanya tidak suka melihatnya di rumahku.”

“Itu juga rumahku.”

“Kalau begitu aku nanti juga akan mengajak lelaki lain main kerumah.”

“Kamu mengancamku?”

“Aku tidak mengancam, aku hanya ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan saat melihatmu membawa perempuan lain ke rumah kita.”

“Baiklah, baiklah, kamu menang, aku tidak akan mengajaknya kerumah lagi. Hotel di Jakarta juga banyak.”

Dan setelah kata-kata yang di ucapkan Randy, Febby pun menjadi murung kembali. Astaga, kenapa dirinya jadi peduli apa yang di lakukan Randy dengan kekasihnya?

“Kenapa?” Tanya Randy kemudian.

“Kenapa apanya?” Febby bebalik bertanya dengan nada ketus.

“Kenapa kamu diam? Apa kamu juga tidak suka jika aku membawa  Marsela  ke salah satu hotel di Jakarta?” Tanya Randy dengan nada sedikit mengejek.

“Kamu terlalu percaya diri tuan! Aku tidak peduli apapun yang kamu lakukan dengan wanita itu.”

“Apa kamu yakin?” goda Randy.

“Tentu saja!”

“Baiklah, kita lihat saja nanti.” pupus Randy. Akhirnya sisa perjalanan merekapun dihabiskan dengan saling berdiam diri sibuk dengan pikiran masing-masing.

***

Setelah mengantarkan Febby ke rumah sakit tempat wanita itu bekerja, Randy langsung menuju  ke kantor managementnya. Dia di hubungi oleh Alvin, managernya. Alvin bekata jika Randy  mendapatkan Cast sebagai pemeran utama di sebuah film Romantis. Dan betapa terkejutnya Randy ketika lawan main di film tersebut adalah Marsela.

“Vin, apaan ini? Publik akan kembali menggila saat gue menerima peran ini dengan Marsela.” Sembur Randy pada Alvin

“Justru karena skandal yang pernah kalian buat yang akan mengangkat rating film ini?”  jawab Alvin dengan santai.

“Apa? jadi mereka memang sengaja memilihku dan Marsela?”

“Ya.”

“Vin, gue sudah punya istri, gimana kalau Febby nonton film sialan ini? Apalagi dengan bumbu adegan seks? Lo mau bunuh gue?” Entah kenapa Randy jadi khawatir dengan reaksi Febby saat wanita itu nanti tahu jika Randy akan beradu akting bersama Marsela.

“Pernikahan kalian kan cuma pura-pura, lo pikir gue nggak tau?”

“Sial!” umpat Randy.

Randy memang tidak sepenuhnya terikat dengan Febby, tapi entah kenapa kini ia menganggap pernikahannya dengan Febby adalah pernikahan yang sesungguhnya meski nanti akan berakhir dengan perceraian.

Apa? cerai? apa nanti ia  akan bercerai dengan Febby?  pertanyaan itu tiba-tiba muncul begitu saja dalam benak Randy.

“Pernikahan kami adalah pernikahan yang serius, kami tidak pura-pura atau main-main, bahkan kami sudah merencanakan memiliki seorang bayi.” jelas Randy tegas.

“Apa? Lo ngaco? Gue nggak percaya kalo lo nglauin itu. Bukannya lo cinta mati sama Masela?”

“Terserah apa kata lo.” Desis Randy lalu dia bergegas pergi meninggalkan Alvin yang masih ternganga dengan penjelasan yang di berikan Randy.

****

“Bagaimana dengan yang ini?” tanya Brian  pada Febby.

Mereka kini sedang berada di sebuah toko Ice Cream di pusat perbelanjaan yang dekat dengan rumah sakit tempat Febby bekerja.

“Aku lebih suka cokelat.” Jawab Febby dengan mata berbinar ke arah berbagai macam ice cream aneka rasa di hadapannya.

“Baiklah, terserah kamu saja.”

Akhirnya setelah memesan merekapun duduk di pojok toko ice cream tersebut. Tentu saja saat ini Brian sudah menyamar lengkap dengan topi, rambut serta kumis palsunya yang membuat Febby tidak bisa menahan tawanya sejak tadi.

“Apa kamu bisa berhenti tertawa?” tanya Brian yang sudah mulai jengkel.

“Enggak, kamu hanya terlihat seperti orang  bodoh. hahhahahha” lanjut Febby masih dengan tawa lebarnya.

“Terserahmu saja, yang penting saat ini aku lebih suka melihatmu tersenyum, dari pada kemaren yang hanya murung.” Setelah mendengar perkataan Brian saat itu, Febby langsung terdiam.

“Maafkan aku, jika aku kemarin membuatmu tidak nyaman.”

“Tidak, bukannya aku tidak nyaman, hanya saja kamu akan terlihat lebih jelek saat murung.” Kata Brian sambil tertawa..

“Haisshh.. kamu ini benar-benar.”

“Bagaimana hubunganmu dengan Randy? apa kalian sudah baikan.”

Febby mengaduk-aduk Ice creamnya. “Kami tidak akan pernah baikan. Hanya saja kami sudah membuat kesepakatan.”

“Kesepakatan apa?”

“Seperti kawin kontrak pada umumnya, bahwa kami tidak berhak mengganggu masalah pribadi masing-masing meski sebenarnya hanya kesepakatan tak tertulis.” Jawab Feby jujur. Ia merasa tidak perlu menutupinya lagi, untuk apa ia menutupi semua ini jika Randy dengan terang-terangan memperlihatkan jika lelaki itu selingkuh darinya?

“Berarti saat ini kamu bebas? apa aku boleh mengganggumu?”

“Hei, bukannya setiap hari kamu sudah mengganggu jam makan siangku?”

“Bukankah itu lebih baik? Jadi kamu tidak akan mati bosan di dalam ruanganmu itu?”

“Ya, setidaknya aku bisa mendapatkan makan siang gratis saat bersamamu, hahhaha..” jawab Febby sambil tertawa.

“Dasar.” kata Brian sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Merekapun tertawa bersama bercanda seperti biasa saat mereka bertemu hingga tak menyadari jika dari kejauhan ada seorang yang sedang mengawasi gerak-gerik mereka sambil mengepalkan tangannya.

****

Randy kembali ke rumah sakit untuk mengajak Febby makan siang bersamanya. Kali ini dia benar-benar tulus mengajak makan siang bukan hanya sekedar pencitraan dirinya di depan publik. Tapi dia sangat kecewa ketika pendapati Febby sudah keluar makan siang.

Akhirnya Randy memutuskan makan siang di kantin rumahsakit. Meski sangat risih karena setiap pasang mata yang ada di situ selalu memperhatikan tingkah lakunya bahkan tak sedikit yang memotretnya, belum lagi makanan di kantin rumah sakit yang menurut seleranya sangat hambar tak berasa, tapi ia tetap melakukannya. Ia hanya ingin menunggu kedatangan Febby. Entah kenapa Randy begitu merindukan ekspresi wajah Febby yang menggemaskan itu.

Apa? Merindukan? Tidak! ini tidak benar. Ia tidak merindukan Febby, ia hanya ingin menggoda wanita itu saja.

Randy masih menikmati makan siangnya ketika tiba-tiba pandangannya teralih ke arah parkiran rumah sakit, tepat pada saat itu ia melihat istri yang ditunggunya itu keluar dari dalam mobil lelaki bajingan yang amat sangat di bencinya.

Jadi mereka makan siang bersama? lalu untuk apa ia menunggu wanita itu di sini seperti orang bodoh? geramnya dalam hati.

Sontak Randy berdiri dari tempat duduknya. Ia ingin menghampiri lelaki bajingan itu dan memukulinya habis-habisan. Tapi untuk apa? bukankah itu akan semakin terlihat jika dirinya sedang cemburu? Apa? Cemburu? Apakah dirinya kini sedang cemburu?

 

-TBC-

6 thoughts on “Sweet in Passion – Chapter 10”

  1. ciyeeeeee yng lagi cemburu tapi ga ngaku … sekarang merasa kan apa yng feb raaa kan , maka na jadi orang jangan egois …

    Like

Leave a comment