romantis

Elena – Chapter 3 (Kesepakatan)

elena-copyElena

Yogie tersugkur ke dalam pelukan Elena. Kepalanya tersandar pada pundak wanita tersebut. Sedangkan tubuh Elena sendiri masih bersandar pada dindng.

“Kamu berat.” Ucap Elena yang seketika itu juga membuat Yogie melepaskan diri dari wanita tersebut.

Yogie menatap Elena dengan tatapan penuh rasa bersalah. Sial!!! Ia benar-benar gila karena…..

“Ada apa?” tanya Elena tanpa sedikitpun rasa canggung.

“Aku, aku tidak menggunakan pengaman.”

Elena membulatkan matanya seketika. Saat mendengar jawaban dari Yogie. Sial!!! Bagaimana mungkin ia bisa bercinta tanpa pengaman dengan Yogie??

***

Chapter 3

-Kesepakatan-

 

Dengan cepat Elena mendorong dada Yogie hingga lelaki di hadapannya tersebut menjauh.

“Apa yang kamu lakukan? Bagaimana mungkin kita bercinta tanpa pengaman?!” Elena tampak sangat marah dengan Yogie.

“Maaf, aku akan bertanggung jawab.”

“Bertanggung jawab katamu? Walaupun aku hamil aku nggak akan mau kamu bertanggung jawab!”

“Kenapa karena aku pengangguran?” Yogie bertanya dengan nada kerasnya.

Elena memejamkan matanya frustasi, ia menyadari jika perkataannya menyinggung Yogie.

“Gie, dengar, ini bukan masalah tanggung jawab. Kamu tahu kan resikonya seks bebas tanpa pengaman? Bukan karena hamil, sungguh, kalau itu yang kamu takutkan, kamu nggak perlu khawatir, aku nggak akan hamil, tapi…”

“Aku bersih. Dan aku yakin kamu juga bersih.” Potong Yogie yang sudah mengerti apa yang di maksud oleh Elena.

“Seyakin apa? Kamu nggak tahu bagaimana kehidupan seksualku di luar sana.”

Yogie mengulurkan jemarinya mengusap lembut pipi Elena, satu hal yang kini sangat di gemari Yogie.

“Aku hanya percaya kalau kamu nggak sakit, itu saja.” Yogie menjawab dengan nada lembutnya.

“Lalu bagaimana aku bisa percaya kalau kamu nggak sakit?”

Yogie tertawa lebar. “Aku melakukan pemeriksaan setiap tiga bulan sekali saat aku gemar melakukan seks bebas. Tapi beberapa bulan terakhir aku tidak pernah melakukan seks lagi, dan kamu bisa lihat, aku sehat, dan aku bersih.”

Elena menghela napas panjang, ia kemudian berjalan dengan tubuh telanjangnya ke arah ranjang, lalu duduk d pinggirannya. Hal itu tak luput dari perhatian Yogie. Oh sial!! Yogie kini bahkan kembali menegang.

“Ya, aku percaya kamu. Aku juga bersih.” Ucap Elena. “Tapi jangan pernah sepelekan hal itu Gie, aku tidak pernah membiarkan lelaki manapun memasukiku tanpa pengaman.”

Yogie berjalan menuju ke arah Elena. “Oke Honey, aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan.”

Honey?”

“Ya, ingat kesepakatan kita tadi.”

“Jadi kamu benar-benar ingin menjadikan aku sebagai kekasih gelapmu?”

“Tentu saja.”

“Yogie, aku nggak bisa.”

“Tidak bisa seperti itu Elena. Kamu sudah menjawab Ya. Jadi kesepakatan tetaplah kesepakatan.”

Yogie terlihat tidak bisa di ganggu gugat. Sedangkan Elena hanya mampu menghela napas panjang.

“Tenang saja Honey, Andrew tidak akan tahu, aku tidak akan berkata pada siapapun jika kita memiliki sedikit rahasia.”

Bukan karena Andrew sialan!! Ini karena kamu Gie, karena kamu yang mau tidak mau membuatku kembali menjalin hubungan dengan seorang pria, padahal aku tidak ingin –sama sekali tidak ingin berhubungan dengan pria lagi… pikir Elena.

“Oke, kalau begitu kita buat peraturanya.”

Secepat kilat Yogie mendorong tubuh Elena hingga kini wanita tersebut terbaring telentang tepat di bawah tindihannya.

“Apa yang kamu lakukan? Kita harus membuat aturannya.”

“Aturan bisa menunggu nanti atau kapan saja, tapi tidak dengan kejantananku.” Bisik Yogie serak. Elena melirik ke bawah dan mendapati Yogie yang sudah menegang sepenuhnya.

“Kamu benar-benar tidak pernah melakukan seks beberapa bulan terakhir?” tanya Elena dengan tatapan anehnya.

Yogie tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

“Pantas saja.”

“Pantas kenapa?”

“Kamu seperti maniak seks.”

Yogie tertawa lebar. “Kamu suka, kan?”

Elena hanya mampu tersenyum, jemarinya kini sudah terulur mengusap lembut dada bidang Yogie yang terasa lembut tapi keras berotot.

“Kamu benar-benar tidak akan hamil? Maksudku… Aku tidak memiliki pengaman saat ini, dan aku tidak mungkin keluar untuk membelinya dalam keadaan seperti ini.”

“Ya. Aku selalu minum pil, kamu tenang saja.”

Yogie mengerutkan keningnya. “Seserius itukah hubunganmu dengan Andrew?”

“Mengamankan diri sendiri tidak masalah bukan? Apa itu masalah untukmu?”

“Tidak! Tentu saja tidak.” Jawab Yogie yang langsung di ikuti dengan menempelkan bibirnya pada bibir ranum milik Elena, mengecupnya lembut kemudian melumatnya dengan panas.

Itu masalah, tentu saja. Yogie tidak ingin Elena berhubungan serius dengan lelaki lain, tapi tentu saja Yogie tidak mungkin mengatakan hal itu secara lagsung pada Elena, dia tentu tidak ingin Elena pergi menjauhinya jika ia menambahkan perasaan dalaam hubungan mereka nantinya.

“Aku akan memasukimu, Honey.”

“Ya, lakuanlah.. lakukanlah..” desah Elena. Dan Yogiepun akhirnya kembali menyatukan diri ke dalam tubuh Elena. Memuaskan dirinya serta diri wanita yang kini berada di bawahnya.

***

Pagi itu Elena terbangun dengan mata yang masih berat. Ia merasakan lengan seseorang masih memeluknyaa dari belakang. Telapak tangan besar itu masih menangkup sebelah payudara telanjangnya, dan itu membuat Elena kembali di rayapi berbagai macam perasaan aneh.

Elena mendesah pelan. Bagaimana mungkin ia akan terjebak dengan Yogie? Astaga, padahal bukan menjadi urusannya jika lelaki ini kerja atau tidak. Kenapa ia mau di jadikan hadiah untuk lelaki ini? Elena sadar jika sebuah alasan simpel menari di kepalanya.

Alasannya karena Elena juga membutuhkan Yogie. Membutuhkan sentuhan lelaki itu lebih tepatnya.

Selama ini Elena hidup dalam keluarga kaya dan terpandang. Ia terlihat begitu sempurna di mata banyak orang, cantik, seksi, kaya, berpendidikan. Padahal tak banyak orang tahu jika dirinya menyimpan sebuah rahasia gelap. Rahasia yang tidak akan pernah ia ceritakan pada siapapun.

Rahasia tersebut memaksa Elena keluar dari negeri ini, lalu menimba ilmu di luar negeri bersama dengan Aaron, temannya sekaligus pria yang pernah ia sukai saat SMA. Elena tahu, jika gosip yang beredar di antara teman-temannya saat itu adalah jika dirinya melanjutkan sekolah ke luar negeri karena mengikuti kemanapun Aaron pergi. Tapi Elena tidak peduli dengan gosip tersebut. Nyatanya gosip itu lebih baik di bandingkan kenyataan memalukan yang ia alami saat itu.

Elena sedikit menggerakkan tubuhnya dan itu secara spontan membuat Yogie semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Elena.

Yogie, bagaimana bisa lelaki ini menarik perhatiannya?? Apa karena tubuh tegap berisinya? Atau karena wajah tampannya? Atau mungkin karena ukuran kejantanannya? Elena menggeleng keras ketika pikiran terakhir melintas kepalanya. Bukan, bukan karena semua itu, Yogie menarik perhatiannya karena lelaki itu dapat meredakan dahaganya yang haus akan sentuhan lembut ketika melakukan seks.

Ya, Elena suka dengan sentuhan yang di berikan oleh Yogie…

Lelaki itu menyentuhnya seperti menyentuh sebuah kaca yang mudah rapuh. Yogie memperlakukannya mirip dengan memperlakukan seorang kekasih, tidak seperti lelaki-lelaki bule teman kencannya terdahulu yang memperlakukannya layaknya teman seks bayaran, atau seperti guru private sialannya yang dengan kasar merenggut keperawanannya dan menjadikannya korban pelecehan seksual selama bertahun-tahun lamanya.

Elena kembali menggelengkan kepalanya, menepis semua kenangan-kenangan buruk masalalunya. Ya, semua itu sudah menjadi masalalu. Ia harus dapat melupakan semuanya dan menjadi wanita baru.

“Sudah bangun, Honey?” pertanyaan serak Yogie membuat Elena menolehkan kepalanya ke belakang. Lelaki itu kini sedang mengecup lembut punggungnya. Sedangkan telapak taangan lelaki tersebut masih enggan melepaskaan cengkramannya pada payudara Elena.

“Ya.” Hanya itu jawaban Elena.

“Jam berapa ini?”

“Aku tidak tahu. Kamu ada acara?” Elena bertanya masih dengan tubuh kakunya karena sentuhan-sentuhan lembut yang di berikan oleh Yogie.

Sebelah tangan Yogie lainnya menyelinap di bawah tindihan tubuh Elena, kemudian merayap mencari pusat diri Elena yang masih tertutup dengan bedcover yang menutupi tubuh telanjang keduanya.

Yogie membelai lembut, hingga membuat Elena mengerang. “Jadwalku padat hari ini.”

“Oh ya?” Elena menggigit bibir bawahnya. “Lalu kenapa kamu… Astaga. Hentikan Yogie!!” seru Elena ketika jemari Yogie muali memasuki dirinya.

“Aku tidak bisa berhenti, Honey, tidak bisa!” sambil menggertakkan giginya, Yogie menghentikan aksinya, lalu mengangkat sebelah kaki Elena dan menenggelamkan diri sedalam-dalamnya ke dalam tubuh Elena.

Ohh Shit!!! Nikmatnya bercinta pagi hari.”

“Kamu bajingan tengik!!” umpat Elena.

“Ya, Dan kamu suka, bukan?”

Yes, oh yes, kamu membuatku suka.”

“Dan akan selalu seperti itu, Honey.” Yogie kembali menggerakkan tubuhnya. Membuat Elena mengerang, melambung tinggi karena perlakuan lelaki tersebut. Ya, harus Elena akui, jika Yogie berbeda dengan lelaki yang pernah menyentuhnya. Lelaki itu benar-benar berbeda.

***

Elena dan Yogie turun bersama ketika waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Keduanya sepakat menuju ke kafe terdekat untuk membicarakan perihal kesepakatan mereka.

Yogie sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya pada diri Elena. Oh sial!! Sebenarnya apa yang di lakukan wanita itu hingga membuatnya tidak bisa berpaling seperti saat ini?

“Berhenti menatapku seperti itu atau kamu akan salah memasukkan sup itu ke dalam lubang hidungmu.” Elena berkata dengan wajah datarnya.

Yogie tertawa. “Aku suka melihatmu, apa itu aneh?”

“Risih.”

“Apa yang membuatnya risih?”

Elena menatap Yogie lalu bekata. “Kamu terlihat seperti lelaki yang menginginkan seks setiap waktu, dan aku risih melihat itu.”

“Aku memang menginginkan seks setiap waktu.” Jawab Yogie dengan tawa lebarnya. “Percaya atau tidak, aku sudah kembali menegang, Elena.”

Elena membulatkan matanya seketika saat mendengar bisikan Yogie. “Aku akan membatalkan kesepakatan kita kalau kamu tidak berhenti menggodaku.”

“Ayolah, kamu nggak asik.”

“Aku memang tidak asik.”

Yogie menghela napas panjang. “Oke, sekarang kita mulai kesepakatannya.”

“Kamu boleh menganggapku sebagai kekasih gelapmu saat kamu sudah benar-benar bekerja.” Kata Elena dengan santai.

“Hanya itu saja? Kita tidak memiliki jadwal seks?”

Elena menganggukkan kepalanya. “Kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau, karena aku juga membutuhkannya.”

Yogie tersentak dengan pengakuan Elena. “Kamu nggak bohong kan? Kenapa kamu mau menjadikan dirimu sebagai hadiaah untukku? Bukankah kamu ssudah memiliki Andrew?” selidik Yogie. Karena bagi Yogie ini sedikit tidak masuk akal karena Elena mau begitu saja di sentuh olehnya padahal jika di pikir-pikir wanita itu tidak memiliki keuntungan jika kesepakatan mereka terjadi.

“Bukan urusanmu, Yogie.”

“Ini menjadi urusanku, Elena. Jawab saja.”

Elena menghela napas panjang. “Karena aku butuh seks denganu, apa kamu puas?”

“Kamu tidak mendpatkannya dari Andrew? Atau, apaa dia kurang memuaskanmu? Apa dia tidak memiliki ukuran yang besar?”

“Cukup Yogie? Kamu hanya perlu tahu kalau Andrew tidak bisa memberikan apa yang ku mau, hanya itu.” Sial!! Tentu saja Andrew tidak bisa memberikan yang ia mau, Andrew hanya seorang kakak sepupu Elena yang meminta dirinya berpura-pura menjadi kekasih lelaki tersebut.

Yogie tersenyum miring. “Jadi, aku bisa memberikan apa yang kamu mau?”

Tentu saja sialan!!! Umpat Elena dalam hati.

“Lupakan saja, yang terpenting, peraturannya adalah semua itu tejadi ketika kamu sudaah memiliki pekerjaan. Aku hanya ingin melakukan seks di apartemenku, selalu pakai pengaman….”

“Keberatan.” Sela Yogie.

“Apa lagi?”

“Aku tidak suka pakai pengaman.” Yogie berkata dengn santai.

“Yogie, aku sudah bilang sama kamu bukan resiko seks bebas.”

“Aku hanya bercinta dengamu, dan tidak dengan wanita lain saat kesepakatan itu terjadi.”

“Tapi bisa jadi aku bercinta dengan lelaki lain selain kamu saat kesepakatan ini terjadi, Gie.”

Rahang Yogie mengeras. Ia tidak suka kenyataan itu. “Kita akan melakukan pemeriksaan sebulan sekali jika perlu.”

“Tidak!!! Harus selalu menggunakan pengaman.”

“Terserah apa katamu.” Yogie mengalah meski sebenarnya ia sangat kesal.

“Tidak boleh mengucapkan hubungan ini di depan siapapun, tidak boleh menggunakan perasaan, dan tidak boleh mengatakan cinta dan kata-kataa menggelikan lainnya.”

Yogie mengangkat sebelah alisnya. “Jika aku mengatakannya?”

“Hubungan kita berakhir.”

Yogie terdiam sebentar. “Oke, hanya itu saja?”

“Sementara hanya ini, nanti kita pikirkan yang lainnya. Dan kamu tidak perlu memiikirkan apapun kecuali mencari pekerjaan. Kalau kamu tidak mendpatkan pekerjaan dalam jangka waktu satu bulan, tidak akan ada kesepakatan di antara kita.”

Yogie tertawa lebar. “Tenang saja Honey, aku akan mengubungimu dua minggu setelah hari ini, dan kamu akan terkejut denngan apa yang aku lakukan saat itu.”

“Oh ya? Kamu terlalu percaya diri.” Yogie hanya membalas ucapan Elena dengan tawa lebarnya.

***

“Well, terimakasih sudah mengantarku sampai sini.” Ucap Elena sambil melepaskan helm yang di kenakannya. Saat ini mereka berdua sudah berada di basement apartemen Elena.

“Kamu tidak mengajakku masuk?”

“Tidak! Aku sibuk, cepat pulang sana.”

Yogie tersenyum lembut. Ia kembali mengusap lembut pipi Elena dengan jemarinya. “Bolehkah aku meminta ciuman perpisahan?”

“Tidak!” tolak Elena. Elena tentu ingat ciuman perpisahan yang di berikan Yogie pagi itu dan membuatnya bingung karena perasaan aneh sepanjang siang.

“Oke, nggak masalah. Tunggu aku dua minggu lagi.” Yogie berkata dengan suara seraknya.

“Kita lihat saja nanti.”

Yogie tersenyum kemudian menyalakan kembali motornya lalu melaju begitu saja meninggalkan Elena yang terpaku menatap kepergiannya.

Elena mengusap dadanya yang kembali berdetak cepat. Kemudian ia mengusap pipinya, tempat jemari Yogie membelainya lembut. Ahhh rasanya sangat aneh, Elena tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumya, dan bagaimana mungkin Yogie dapat membangkitkan perasaan aneh pada dirinya seperti sekarang ini?

***

Dua minggu kemudian…

Elena memijit pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Banyak sekali persoalan perusahaan ayahnya yang harus ia seleseikan ketika kesehataan ayahnya kini sedang mengalami penurunan.

Elena adalah anak tunggal dari keluarga Pradipta, mau tidak mau Elena harus menjadi pewaris tunggal semua aset milik Pradipta Group. Dan Pradipta Group bukanlah perusahaan kecil. Banyak sekali yang harus Elena lakukan untuk menjadikan perusahaan keluarganya lebih baik lagi dari sebelumnya.

Dan memikirkan Yogie bukanlah salah satunya.

Astaga, Elena merutuki dirinya sendiri saat ia kembali teringat lagi dan lagi oleh sosok Yogie. Sosok yang entah kenapa membuatnya menjadi bukan dirinya sendiri. Sebenarnya apa yang di lakukan lelaki itu padanya?

Ketukan pintu ruangannya membuat Elena tersadar dari lamunannya. “Masuk.” Ucap Elena datar. Dan kemudian ekspresi datar dari wajah Elena tesebut berubah menjadi ekspresi shock ketika melihat siapa seorang yang masuk ke dalam ruangannya.

Lelaki itu mengenakan kemeja putih yang tampak pas di tubuh tegapnya. Mengenakan dasi berwarna hitam. Wajahnya tampak sangat tampan dengan tatanan rambut rapi tapi sedikit berantakan, senyumannya sarat akan kelicikan, dan kini lelaki itu sedang berjalan pelan menuju ke arahnya.

Itu Yogie Patama, si bajingan tengik, si maniak seks, dan juga si lelaki yang dua minggu terakhir selalu berada di kepalanya….

Untuk apa dia ke sini?

“Ibu Elena, saya di perintahkan pak Roy, atasan saya untuk mengantarkan berkas-berkas ini.” Ucap Yogie penuh penekanan.

“Pak Roy? Atasan kamu?”

Elena melirik tag name yang ternyata sejak tadi sudah tergelantung di leher Yogie.

“Kamu, kamu kerja di sini?”

Yogie tersenyum “Ya, secara teknis sejak kemarin yang lalu saya sudah resmi menjadi salah satu karyawan Pradipta Group.”

Elena kembali membulatkan matanya seketika.

“Kamu tampak shock, kenapa? Kamu takut kalau tiba-tiba aku menginginkanmu saat ini di ruang kerjamu?”

“Singkirkan pikiran mesummu Yogie, kamu tidak akan pernah mendapatkan hal itu.”

Yogie menaruh sembarangan berkas-berkas yang tadi di bawanya di meja Elena, kemudian iaa berjalan cepat menuju ke arah Elena, menarik wanita tersebut hingga berdiri tepat di hadapannya kemudian tanpa basa-basi lagi menyambar bibir Elena dengan ciuman panasnya.

Yogie menarik tubuh Elena hingga menempel sepenuhnya pada tubuhnya. Pangkal pahanya kembali berdenyut nyeri karena menginginkan sebuah pelepasan.

Elena meremas kemeja yang menempel pada dada bidang Yogie. Oh, lelaki ini benar-benar sangat menggairahkan, membuat Elena selalu di bayangi pikiran-pikiran erotis ketika berada di dekat lelaki ini.

Yogie melepaskan pagutannya, kemudian dengan napas terengah ia berbisik serak pada Elena.

“Aku ingin memasukimu saat ini juga.”

Elena membulatkan matanya seketika. Yogie gila!!! Dan astaga, bagaimanaa mungkin ia menjadi sama gilanya dengan Yogie karena saat ini ia mengininkan hal yang sama dengan lelaki tersebut??

-TBC-

8 thoughts on “Elena – Chapter 3 (Kesepakatan)”

  1. Entah kenapa baca ceritanya yogie jadi inget Ramma, yg sedikit maniak :v . Ga pernah puas klo begituan, kapan aja dan dimana aja :v

    Like

  2. Panas dingin nih ama kelakuan Yogie n Elena hehehehe
    Elena brubah jd bad girl krn msllu kelamnya,,aduh kasian jg yaaaa

    Like

  3. Terima kasih ceritanya Pada tanggal 5 Jan 2017 11:49, “Mamabelladramalovers – Zenny Arieffka’s Blog” menulis:

    > mamabelladramalovers posted: “Elena Yogie tersugkur ke dalam pelukan > Elena. Kepalanya tersandar pada pundak wanita tersebut. Sedangkan tubuh > Elena sendiri masih bersandar pada dindng. “Kamu berat.” Ucap Elena yang > seketika itu juga membuat Yogie melepaskan diri dari wanita terse” >

    Like

  4. wahhhhhh ga nyangka cwe kek elena punya masa lalu yng kalam , kasian juga yaa …
    parah sii yongie dia biza bikin elena klepek” N ikut gila kek dia .
    ramma , aaron dan sekrang yongie , bener” mngalih kan dunia q , virus na dengan cepet mngalir d darah sampe otak q 😆. 😊.

    Like

  5. Nahhh kan sekarang Mala jadi bawahan elena kan yohie nya hadehhh mana mereka kalau ketemu gak bisa nahan birahi mereka hadehhh tambah baper abiss

    Like

Leave a comment